Jumat, 01 Juli 2016

Jurnal Biodiesel


JURNAL INTEGRASI PROSES

Website: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jip
 






                Submitted :                                                            Revised :                                                                Accepted :

PENGARUH KECEPATAN PENGADUKAN PADA PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN KATALIS BASA
Faqih Saepurohman (3335150049)*,Fajar Gumelar (3335150059),Isny Kusuma (333515009),Vicky Z. Gifarri(335150015), Sonson Utomo(335150041),Yollanda Angreani(335150039)
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA (UNTIRTA)
Jl. Jendral Sudirman KM. 3 Cilegon. Banten
*Email: saepurohmanfaqih@gmail.com


Abstrak

Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi dari trigliserida (minyak nabati) menjadi alkil ester, melalui reaksi dengan alkohol dan menghasilkan produk samping yaitu gliserol. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh kecepatan pengadukan yang pembuatan biodisel dari minyak goreng dengan pereaksi metanol. Aplikasi Biodiesel dalam bidang industri, digunakan sebagai bahan bakar penggerak mesin, kapal dan lain-lain. Prosedur pembuatan biodisel dilakukan dengan melarutkan katalisator NaOH dengan pereaksi metanol, kemudian minyak goreng ditambahkan ke dalam water bath dan dilakukan proses esterifikasi pada suhu 70C dengan waktu reaksi 55 menit dan kecepatan pengadukan divariasi dari 185-200 rpm dan 300 rpm. Kemudian hasil biodiesel disaring dan dilakukan uji mutu yaitu densitas, viskositas dan bilangan asam lemak bebas. Hasil  percobaan menunjukan bahwa kecepatan pengadukan berpengaruh pada biodiesel yang didapat, dimana semakin besar kecepatan pengadukan pada percobaan didapat lebih banyak produknya. Kesimpulan pada percobaan ini didapatkan %yield kecepatan 185-200 rpm adalah 45% dan %konversi sebesar 71,1% sedangkan %yield kecepatan pengadukan 300 rpm adalah 61,98% dan %konversi yaitu 83,2%.

Kata Kunci: Biodiesel, Katalis, Transesterifikasi

Abstract
Transesterification (commonly called alcoholysis) is the step conversion of triglycerides (vegetable oil) into alkyl esters, by reaction with alcohol, and produces byproducts that glycerol. This study aims to determine the effect of mixing speed that manufacture biodiesel from vegetable oil with methanol. Applications of the biodiesel in the industry, used as fuel for propulsion machinery, ships and others. The procedure of making biodiesel is done by dissolving the NaOH as catalyst with methanol, then vegetable  oil added to the water bath and esterification process is carried out at a temperature of 70C with a reaction time of 55 minutes and the stirring speed was varied from 185-200 rpm and 300 rpm. Then the biodiesel results in strain and quality test ie density, viscosity and free fatty acid value. The experimental results showed that the speed of the stirring effect on biodiesel, larger speed stirring obtained results. Conclusions on this trial found% yield 185-200 rpm speed is 45% and the% conversion amounted to 71.1%, while% yield stirring speed of 300 rpm is 61.98% and the% conversion is 83.2%.
Keyword: Biodiesel, Catalyst, Transesterification




1.    PENDAHULUAN
Bahan bakar minyak bumi merupakan salah satu kebutuhan utama yang banyak digunakan di berbagai negara. Akan tetapi cadangan bahan bakar fosil semakin menipis seiring semakin meningkatnya kebutuhan bahan bakar. Bahan bakar minyak bumi diperkirakan akan habis jika dieksploitasi secara besa besaran. Ketergantungan terhadap bahan bakar minyak bumi dikurangi dengan cara memanfaatkan biodiesel. Biodiesel adalah bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari minyak nabati, baik minyak yang belum digunakan maupun minyak bekas dari penggorengan dan melalui proses transesterifikasi. Biodiesel pada umumnya disintesis melalui transesterifikasi dengan alkohol ringan menggunakan katalis basa. Kajian tentang biodiesel telah banyak dipublikasikan tetapi perkembangan penggunaannya secara komersial tidak secepat perkembangan teknologinya. Faktor penyebab utama adalah biaya produksi biodiesel lebih tinggi dibandingkan dengan bahan bakar petrodiesel. Untuk menekan biaya produksi dalam pembuatan biodiesel telah dilakukan berbagai cara, salah satunya adalah pemanfaatan katalis basa alternatif yang lebih ekonomis.
Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester. Esterifikasi mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Katalis-katalis yang cocok adalah zat berkarakter asam kuat, dan karena ini, asam sulfat, asam sulfonat organik atau resin penukar kation asam kuat merupakan katalis-katalis yang biasa terpilih dalam praktek industrial (Soerawidjaja, 2006).
Esterifikasi biasa dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak berkadar asam lemak bebas tinggi (berangka-asam ≥ 5 mg-KOH/g). Pada tahap ini, asam lemak bebas akan dikonversikan menjadi metil ester. Tahap esterifikasi biasa diikuti dengan tahap transesterfikasi. Namun sebelum produk esterifikasi diumpankan ke tahap transesterifikasi, air dan bagian terbesar katalis asam yang dikandungnya harus disingkirkan terlebih dahulu (Freedman,dkk 1984).
Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi dari trigliserida (minyak nabati) menjadi alkil ester, melalui reaksi dengan alkohol, dan menghasilkan produk samping yaitu gliserol. Di antara alkohol-alkohol monohidrik yang menjadi kandidat sumber/pemasok gugus alkil, metanol adalah yang paling umum digunakan, karena harganya murah dan reaktifitasnya paling tinggi (sehingga reaksi disebut metanolisis). Jadi, di sebagian besar dunia ini, biodiesel praktis identik dengan ester metil asam-asam lemak (Fatty Acids Metil Ester, FAME). Reaksi transesterifikasi trigliserida menjadi metil ester adalah :





        
         Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya. Tanpa adanya katalis, konversi yang dihasilkan maksimum namun reaksi berjalan dengan lambat.( Mittlebach,dkk 2004).
         Proses esterifikasi merupakan proses pembentukan ester yang terjadi akibat pemecahan suatu senyawa karena suatu pelarut atau pengganti alkohol dari suatu ester dengan ester lain dengan dasar hidrolisis kecuali mengganti air dengan alkohol. Proses dapat dilakukan secara batch atau sinambung, proses ini dapat menggunakan labu leher tiga, ataupun autoklaf. Dengan labu leher tiga proses hanya dapat berlangsung pada tekanan 1 atmosfer, sedangkan pada tekanan lebih dari 1 atmosfer dapat digunakan autoklaf, jika di gunakan autoklaf proses dapat dilakukan pada suhu lebih tinggi, sehingga reaksi berlangsung lebih cepat.
Katalis yang biasa digunakan pada reaksi transesterifikasi adalah katalis basa, karena katalis ini dapat mempercepat reaksi. Reaksi transesterifikasi sebenarnya berlangsung dalam 3 tahap yaitu sebagai berikut:
               
         Produk yang diinginkan dari reaksi transesterifikasi adalah ester metil asam-asam lemak. Terdapat beberapa cara agar kesetimbangan lebih ke arah produk, yaitu: menambahkan metanol berlebih ke dalam reaksi, memisahkan gliserol , menurunkan temperatur reaksi (transesterifikasi merupakan reaksi eksoterm).
         Faktor-faktor yang mempengaruhi kesempurnaan dan kecepatan reaksi esterifikasi adalah : waktu reaksi, suhu, konsentrasi reaktan, pengadukan, dan perbandingan reaktan. Semakin lama waktu esterifikasi, maka kesempatan tumbukan antar molekul reaktan semakin besar sehingga hasil yang diperoleh semakin besar. Namun apabila reaksi telah mencapai kesetimbangan penambahan waktu tidak menguntungkan karena konversi tidak berubah.
Pada reaksi paralel atau seri, konversi akan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan konsentrasi reaktan semakin berkurang sehingga kecepatan reaksi semakin kecil.
         Berdasarkan persamaan Arrhenius, jika suhu dinaikkan maka konstanta kecepatan reaksi (k) semakin besar sehingga reaksi berjala n semakin
cepat.
K = A . e –E/RT .....................................................(1)
dimana:
k = konstanta kecepatan reaksi
E = tenaga aktivasi
R = tetapan umum gas
A = Tenaga rata-rata reaktan
T = Suhu (oK)
         Pemilihan suhu reaksi dibatasi oleh kestabilan zat pereaksi dan hasil. Kecepatan reaksi esterifikasi sebanding dengan konsentrasi reaktan (Groggrins, 1958).  Jika konsentrasi reaktan dinaikkan atau dibuat berlebih salah satunya maka kecepatan reaksi akan meningkat..
         Penambahan katalisator akan mengaktifkan zat-zat pereaksi sehingga energi aktivasi (Ea) semakin kecil. Jika energi aktivasi kecil maka konstanta kecepatan reaksi semakin besar (menurut persamaan Arrhenius).
         Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul-molekul zat pereaksi, sehingga nilai A pada persamaan (1) akan semakin besar. Semakin besar harga A akan memperbesar pula harga k, yang menyebabkan reaksi semakin cepat.
         Semakin tinggi kecepatan pengadukan akan menaikkan pergerakan molekul dan menyebabkan terjadinya tumbukan. Pada awal terjadinya reaksi pengadukan akan meyebabkan terjadinya difusi antara minyak atau lemak sampai terbentuk metil ester. Pemakaian alkohol berlebih akan mendorong reaksi ke arah pembentukan etil ester dan semakin besar kemungkinan terjadinya tumbukan antara molekul-molekul methanol dan minyak yang bereaksi. Selain faktor –faktor yang telah disebutkan, kemurnian reaktan terutama kandungan asam lemak bebas juga merupakan factor yang mempengaruhi keberlangsungan reaksi transesterifikasi
         Prinsip analisis biodisel selain dihitung dengan penentuan kadar OH dalam suatu molekul yang diasetilisasi juga dapat dilakukan dengan pengujian secara asidimetri. Pengujian secara asidimetri dilakukan untuk menentukan bilangan asam, bilangan penyabunan, bilangan ester, asam lemak bebas, jumlah asam lemak total, dan asam lemak yang terikat sebagai ester.
Tahapan reaksi transesterifikasi pembuatan biodiesel selalu menginginkan agar didapatkan produk biodiesel dengan jumlah yang maksimum. Beberapa kondisi reaksi yang mempengaruhi konversi serta perolehan biodiesel melalui transesterifikasi adalah sebagai berikut. ( Fesenden,1994).
a.       Pengaruh air dan asam lemak bebas
Minyak nabati yang akan ditransesterifikasi harus memiliki angka asam yang lebih kecil dari 1. Banyak peneliti yang menyarankan agar kandungan asam lemak bebas lebih kecil dari 0.5% (<0.5%). Selain itu, semua bahan yang akan digunakan harus bebas dari air. Karena air akan bereaksi dengan katalis, sehingga jumlah katalis menjadi berkurang. Katalis harus terhindar dari kontak
dengan udara agar tidak mengalami reaksi dengan uap air dan karbon dioksida.
b.       Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah
Secara stoikiometri, jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk reaksi adalah 3 mol untuk setiap 1 mol trigliserida untuk memperoleh 3 mol alkil ester dan 1 mol gliserol. Perbandingan alkohol dengan minyak nabati 4,8:1 dapat menghasilkan konversi 98% (Bradshaw and Meuly, 1944). Secara umum ditunjukkan bahwa semakin banyak jumlah alkohol yang digunakan, maka konversi yang diperoleh juga akan semakin bertambah. Pada rasio molar 6:1, setelah 1 jam konversi yang dihasilkan adalah 98-99%, sedangkan pada 3:1 adalah 74-89%. Nilai perbandingan yang terbaik adalah 6:1 karena dapat memberikan konversi yang maksimum.
c.        Pengaruh jenis alkohol
Pada rasio 6:1, metanol akan memberikan perolehan ester yang tertinggi dibandingkan dengan menggunakan etanol atau butanol.
d.       Pengaruh jenis katalis
Alkali katalis (katalis basa) akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila dibandingkan dengan katalis asam. Katalis basa yang paling populer untuk reaksi transesterifikasi adalah natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH), natrium metoksida (NaOCH3), dan kalium metoksida (KOCH3). Katalis sejati bagi reaksi sebenarnya adalah ion metilat (metoksida). Reaksi transesterifikasi akan menghasilkan konversi yang maksimum dengan jumlah katalis 0,5-1,5%-b minyak nabati. Jumlah katalis yang efektif untuk reaksi adalah 0,5%-b minyak nabati untuk natrium metoksida dan 1%-b minyak nabati untuk natrium hidroksida.
e.        Metanolisis Crude dan Refined Minyak Nabati
Perolehan metil ester akan lebih tinggi jika menggunakan minyak nabati refined. Namun apabila produk metil ester akan digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel, cukup digunakan bahan baku berupa minyak yang telah dihilangkan getahnya dan disaring.
f.        Pengaruh temperatur
Reaksi transesterifikasi dapat dilakukan pada temperatur 30 - 65° C (titik didih metanol sekitar 65° C). Semakin tinggi temperatur, konversi yang diperoleh akan semakin tinggi untuk waktu yang lebih singkat, sedangkan temperatur yang rendah akan menghasilkan konversi yang lebih tinggi namun dengan waktu reaksi yang lebih lama.

2.    METODOLOGI
2.1     Alat
          Alat alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu : Batang pengaduk, Buret, Erlenmeyer 250 mL, Gelas ukur 100 mL            , Gelas ukur 50 mL, Gelas ukur 50 mL, Labu piknometer, Motor pengaduk, Neraca analitik, Piknometer 25ml, Stop watch, Thermometer dan Viskometer otswald  
2.2   Bahan
      Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini yaitu minyak goreng kemasan, metanol, NaOH dan Aquades.
2.3   Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini terdiri dari 3 tahapan. berikut ini merupakan diagram alir dari percobaan ini.
a.     Pembuatan Biodiesel dengan katalis Basa
Menimbang NaOH
1gr NaOH
 




Gelas Beker 50 ml
  41 mL Metanol
Mengaduk sampai padatan NaOH benar benar larut

Memanaskan pada water bath dengan suhu 70° C dan mengaduk secara konstan185-200 rpm selama 55 menit,


 








               

Mendinginkan campuran selama 10 menit


                                                                                                                                                                               

Memisahkan antara biodiesel dan gliserol pada corong pemisah


 





               

Mengukur volume biodiesel yang  dihasilkan


Melakukan uji mutu pada biodiesel


 










Gambar1. Diagram Alir Pembuatan Biodiesel dengan Katalis Basa
b.    Uji Penentuan Bilangan

Labu erlenmeyer
5 gr Biodiesel
      50 mL Etanol
  3 tetes indikator pp
Mengaduk
menitrasi sampai warna merah jambu bertahan 15 detik

 






      NaOH 0,1 N

Menghitung bilangan asam dari volume titrant

 





Gambar 2. Diagram Alir Penentuan    Bilangan Asam
c.     Pengujian Densitas Biodiesel        
Menimbang labu piknometer


Piknometer 25 mL


 







Sampel Biodiesel
                                                                                                                                               
Menimbang labu piknometer dengan sampel


                                               

 


Menghitung densitas biodiesel


                                                                                                                 
                                                                                                                                               
Gambar 3 Diagram alir pengujian densitas
d.    Uji Viskositas

Viskometer ostwald


5 gr Sampel
 


mengulangi sebanyak 2 kali


Menghitung viskositas

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               
mencatat waktu dalam pengaliran sampel sampai melebihi tanda garis bawah


                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               
                                               
Gambar 4 Diagram alir pengujian viskositas
      Prosedur proses transesterifikasi tersebut diulangi dengan variasi kecepatan pengadukan menjadi 300 rpm,kemudian dilaukan uji mutu dan membandingkan diantara varisai tersebut baik densitas, viskositas maupun hasil biodiesel yang diperoleh.
I.      HASIL DAN PEMBAHASAN
         Hasil Berikut ini  merupakan hasil dari percobaan yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh kecepatan pengadukan pada pembuatan biodieseil, hasil ini meliputi densitas, viskositas dan volume biodiesel yang diperoleh dari percobaan dengan variasi kecepatan pengadukan yang berbeda, sesuai dengan tabel berikut.
Tabel 1. Hasil Percobaan Biodiesel

SNI
Pengadukan
185-200rpm
Pengadukan
300rpm
Volume Biodiesel (ml)
-
120
172
Densitas (gr/ml)
0,85-0,89
0,948
0,932
Viskositas (cSt)
2,3-6,0
7,96
8,05
%konversi
-
71,1 %
83,28%
%yield
-
45 %
61,98%
Bilangan asam
-
0,356%
0,356%
      Dari tabel diatas dapat dilihat pengaruh pengadukan terhadap pembuatan biodiesel. Jika pengadukan semakin lambat maka yang terjadi adalah biodiesel yang dihasilkan sedikit. Hal ini terjadi karena pengadukan yang kurang cepat akan membuat tumbukan antara partikel yang terjadi sedikit sehingga proses reaksi tidak berlangsung secara cepat. Pada saat pengadukan dihentikan pada menit ke 55, bahan-bahan belum semuanya bereaksi, bahkan pada pengadukan 185-200 rpm dihentikan dan dilakukan proses pemisahan zat, yang seharusnya hanya terdapat 2 lapisan zat yaitu gliserol dan biodiesel, malah terjadi 3 lapisan yaitu gliserol biodiesel dan NaOH. NaOH yang terbentuk membuktikan bahwa pembentukan natrium metoksida yang terjadi tidak sempurna karena kurangnya tumbukan yang disebabkan oleh pengadukan. Kemudian dapat dilihat bahwa semakin cepat pengadukan maka volume hasil biodiesel yang diperoleh makin besar dan  %konversi yang didapat semakin besar pula karena kecepatan pengadukan adalah faktor frekuensi tumbukan berpengaruh terhadap konstanta kecepatan reaksi. Frekuensi tumbukan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi energi aktivasi dan kecepatan reaksi, maka dapat dilihat bahwa hasil yang didapat diatas menunjukan bahwa semakin cepat kecepatan pengadukan dilakukan maka akan semakin banyak dan baik biodiesel yang didapatkan.
      Densitas dan viskositas yang dihasilkan tidak jauh berbeda dikarenakan faktor yang berbeda dari 2 percobaan ini hanyalah pengadukan yang mempengaruhi banyaknya biodiesel yang didapat. yang dapat mempengaruhi viskositas dan densitas yang dihasilkan adalah proses pemisahan bahan dan kemurnian biodiesel yang didapat. namun jika dibandingkan dengan nilai densitas dan viskositas yang sesuai dengan SNI terdapat perbedaan dikarenakan hasil biodiesel yang diperoleh pada percobaan ini masih terdapat kandungan gliserol pada biodiesel. Hal ini dikarenakan dalam proses pemisahan tidak terpisah dengan baiik yang menyebabkan gliserol masih ada yang menempel pada biodiesel sehingga massa biodiesel semakin besar yang menyebabkan biodiesel yang diperoleh tidak murni, dan pengujian mutu densitas dan viskositas tidak sesuai dengan SNI.

3.    KESIMPULAN
1.       Kecepatan pengadukan berpengaruh terhadap hasil biodiesel yang didapatkan.
2.       Semakin cepat pengadukan akan semakin sering terjadi tumbukan antar partikel yang bereaksi sehingga hasil biodiesel yang didapatkan lebih banyak
DAFTAR PUSTAKA
ChemistryLaboratory, Chemistry Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Universitas Gadjah Mada,Sekip Utara, Yogyakarta.

Fessenden & fessenden.1994. Kimia Organik.Jakarta : Erlangga

Freedman, B.; Pryde.E.H.; Mounts. T.L. “Variables Affecting the Yields of Fatty Esters from Transesterfied Vegetable Oils”. 1984.

GROGGINS, P.H., 1958, “ Unit Prosses in Organic Synthesis “, 5 ed., pp. 694-714, Mc.Graww-Hill Book Company, Inc., New York.

M.; Remschmidt, Claudia. “Biodiesel The Comprehensive Handbook”. Vienna: Boersedruck Ges.m.bH, 2004

Moch. Setyadji,dkk.Pengaruh Jumlah Katalisator Dan Kecepatan Pengadukan Terhadap Konstante Kecepatan Reaksi Dan Hasil Esterifikasi Minyak JarakPagar.Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan – BATAN

Pratama,Luthfi dkk. Pengaruh temperatur dan kecepatan pengadukan terhadap konversi biodiesel dari minyak Kelapa dengan pemanfaatan abu tandan kosong sawit sebagai katalis basa. 2009, Physical
Soerawidjaja, Tatang H. “Minyak-lemak dan produk-produk kimia lain dari kelapa”. Handout kuliah Proses Industri Kimia, Program Studi Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung, 2005.